Sabtu, 03 Desember 2011

Makalah ASKEP Neuroma Akustik

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Neuroma Akustik, juga dikenal sebagai schwannomas vestibular, yang merupakan tumor ganas non-saraf kranial. Umumnya mereka muncul dari sel-sel yang meliputi (Schwann sel) dari saraf vestibular inferior (Komatsuzaki dan Tsunoda, 2001;rais,2007).

Neuroma Akustik terdiri dari sekitar 6 persen dari seluruh tumor intrakranial, sekitar 30% dari tumor otak, dan sekitar 85% dari tumor di daerah sudut cerebellopontine - lain 10% adalah meningioma.
Hanya sekitar 10 tumor yang baru didiagnosa setiap tahun per juta orang (Evans et al, 2005), sesuai dengan antara tahun 2000 dan 3000 kasus baru setiap tahun di Amerika Serikat. Cara lain untuk melihat hal ini adalah bahwa orang rata-rata memiliki risiko sekitar 1 / 1000 dari mengembangkan neuroma akustik dalam hidup mereka (Mazuddin,2008).
Di Denmark, kejadian tahunan diperkirakan 7,8 pasien yang dioperasikan / tahun (Tos et al, 1992). S
Sebagai teknologi telah membaik, tumor lebih kecil telah didiagnosa, menghasilkan perkiraan yang sama sekitar 10 tumor / tahun juta /.
Pada pasien dengan asimetri pendengaran, diyakini bahwa hanya sekitar 1 dari 1000 memiliki neuroma akustik (sumber: NIH), meskipun beberapa laporan prevalensi setinggi 2,5% (Baker et al, 2003.).


B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas Sistem Persepsi Sensori yang berupa makalah tentang Neuroma Akustik.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui pengertian dari Neuroma Akustik
b.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya Neuroma Akustik.
c.       Untuk mengetahui patofisiologi dari Neuroma Akustik.
d.      Untuk mengetahui komplikasi dari Neuroma Akustik
e.       Agar amahasiswa bisa membuat asuhan keperawatan tentang Neuroma Akustik.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS NEUROMA AKUSTIK

A.    KONSEP DASAR
1.      Pengertian Neuroma Akustik
Neuroma Akustik, juga dikenal sebagai schwannomas vestibular, adalah tumor ganas non-saraf kranial dari 8. Umumnya mereka muncul dari sel-sel yang meliputi (Schwann sel) dari saraf vestibular inferior. (Komatsuzaki dan Tsunoda, 2001; Krais, 2007).
Neuroma akustik adalah tumor jinak tumbuh lambat pada saraf cranial VIII, biasanya tumbuh dari sel schwan pada bagian ventribuler saraf ini. (Brunner & Suddart dkk, 2002).
Neuroma akustik adalah tumor jinak yang tumbuh dari selubung saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari pons, sepanjang perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau di dalam liang telinga dalam. (problemo.blogspot.com).
Secara umum Neuroma akustik adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan biasanya lambat tumbuh yang berkembang pada saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari pons,sepanjang perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau di dalam liang telinga dalam menuju dari telinga batin Anda ke otak Anda. Karena cabang-cabang saraf ini langsung mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran, tekanan dari neuroma akustik dapat menyebabkan gangguan pendengaran, dering di telinga Anda dan kegoyangan.

2.      Etiologi
a.       Idiopatik
Neuroma Akustik dapat terjadi secara idiopatik (artinya masih belum di ketahui secara pasti penyebabnya).



b.      Neurofibromatosis (NF2)
Sebuah neuroma akustik disebabkan oleh perubahan atau tidak adanya kedua gen supresor tumor di NF2 sel saraf. Setiap orang memiliki sepasang gen NF2 di setiap sel tubuh mereka termasuk sel saraf mereka. Satu NF2 gen diwariskan dari sel telur ibu dan NF2 satu gen diwariskan dari sel sperma dari ayah. NF2 gen bertanggung jawab untuk membantu mencegah pembentukan tumor pada sel saraf. Khususnya gen NF2 membantu mencegah neuromas akustik.
Hanya satu gen berubah dan berfungsi NF2 adalah diperlukan untuk mencegah pembentukan neuroma akustik. Jika kedua gen NF2 menjadi berubah atau hilang di salah satu sarung mielin sel saraf vestibular kemudian sebuah Neuroma akustik biasanya akan berkembang. Kebanyakan sepihak neuromas akustik hasil ketika NF2 gen menjadi spontan berubah atau hilang. Seseorang neuroma akustik dengan sepihak bahwa telah mengembangkan secara spontan tidak pada peningkatan risiko untuk memiliki anak dengan neuroma akustik. Beberapa akustik neuromas sepihak Hasil dari kondisi NF2 keturunan. Hal ini juga kemungkinan bahwa beberapa neuromas akustik mungkin sepihak disebabkan oleh perubahan dalam gen lainnya yang bertanggung jawab untuk mencegah pembentukan tumor.

3.      Patofisiologi
Sebagian besar neuroma akustik berkembang dari sel schwan yang berada pada nervus vestibularis hanya 5% yang timbul dari sel schwan yang berasal dari nervus cochlearis.
Setelah  tumor tumbuh cukup besar untuk mengisi kanalis auditorius interna, maka tumor akan tumbuh terus biasanya menuju kearah medial yakni rongga cerebellopatine angine dan bentuk tumor saat ini mencapai rongga ini adalah speris.
Saat tumor mencapai diameter 2cm dan sudah berada di cerebellopantine angle, tumor akan menekan permukaan lateral batang otak yang jika tumor tumbuh lebih besar akan mendorong batang otak ke arah yang berlawanan.
Saat tumor mencapai diameter 4 cm tumor berkembang kea rah depan dan menekan saraf trigenimus yang menimbulkan gejala nyeri wajah satu sisi. Dan apabila tumor berkembang kea rah bawah akan menekan saraf IX, X, XII dan menyebabkan kesulitan menelan.
Dan jika tumor terus tumbuh melebihi diameter 4 cm, maka tumor akan menekan otak kecil dan secara tidak langsung akan menyebabkan terjadinya hidrocepalus obstruktif. Terjadinya hidrocepalus akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraktanial dengan gejala nyeri kepala, mata kabur, serta mual dan muntah.

4.      Manifestasi klinis
Gejala yang paling sering timbul pada pasien dengan neuroma akustik adalah ( Brunner & Suddart.2002 )  :
1.      Titinus unilateral.
2.      Kehilangan pendengaran dengan atau tanpa vertigo.
3.      Gangguan keseimbangan.
4.      Tuli.
.
5.      Pemeriksaan penunjang
1.      Biasanya dilakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI adalah evaluasi yang sangat akurat yang mampu mendeteksi hampir 100% dari neuroma akustik.
2.      Computerized Tomografhi Scanning (CT scan), tidak dapat mengidentifikasi tumor yang lebih kecil, tetapi ia dapat digunakan ketika neuroma akustik dicurigai dan evaluasi MRI tidak dapat dilakukan.

6.      Penatalaksanaan
Penghapusan neuromas akustik dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan. Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan.


1)      Operasi
Mikro untuk neuroma akustik adalah teknik-satunya yang menghilangkan tumor. operasi pengangkatan tumor atau tumor adalah paling umum pengobatan untuk Neuroma akustik. perlakuan Radiasi (dibahas pada bagian lain) tidak menghilangkan tumor, namun memiliki potensi untuk memperlambat atau menghentikan pertumbuhannya. Pembedahan adalah pengobatan hanya yang pasti akan mengobati gejala keseimbangan yang berhubungan dengan pertumbuhan tumor, sebagai saraf vestibular dipindahkan pada operasi.

2)      Stereotactic Terapi radiasi
Terapi radiasi dilakukan dalam berbagai cara, tetapi terutama oleh empat metode gamma, radioterapi, Selama terapi radiasi stereotactic, juga disebut Radiosurgery atau radioterapi. radiasi diberikan dalam dosis tunggal yang besar, Tidak jelas berapa persentase tumor dikendalikan oleh metode ini untuk waktu yang lama Di masa lalu ketika dosis radiasi yang lebih tinggi digunakan, tingkat kegagalan sekitar 12% (yang kemudian diperlukan operasi). Kebanyakan ahli bedah merasa bahwa tumor ini jauh lebih sulit untuk dihilangkan setelah perawatan radiasi Radiasi tidak menghapus tumor, dan ketika tumor iradiasi pembedahan, sering ditemukan bahwa mereka telah tumbuh sel-sel tumor di dalamnya.
Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyebabkan penyusutan tumor atau di setidaknya membatasi pertumbuhan tumor. Keberhasilan jangka panjang dan risiko ini pendekatan pengobatan tidak diketahui. MRI periodik pemantauan seluruh kehidupan pasien dianjurkan.
Terapi radiasi dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang dapat kadang-kadang terjadi bahkan bertahun-tahun kemudian. Terapi radiasi dapat juga menyebabkan kerusakan pada saraf kranial tetangga, yang dapat mengakibatkan gejala seperti mati rasa, nyeri atau kelumpuhan otot-otot wajah. Dalam banyak kasus gejala-gejala ini sementara. pengobatan Radiasi juga dapat menginduksi pembentukan dari schwannomas jinak atau ganas lainnya. Tipe ini pengobatan karenanya mungkin kontraindikasi pada perawatan neuromas akustik dari pada mereka yang NF2 yang cenderung untuk schwannomas mengembangkan dan tumor lainnya.

7.      Komplikasi
Sebuah neuroma akustik dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk:
1)      Tetap gangguan pendengaran
2)      Wajah mati rasa dan kelemahan
3)      Kesulitan dengan kiprah keseimbangan dan kaku
Tumor besar bisa menekan pada otak Anda, mencegah aliran normal cairan antara otak dan sumsum tulang belakang (cairan serebrospinal Dalam hal ini, cairan dapat membangun di kepala (hydrocephalus), meningkatkan tekanan di dalam tengkorak Anda.

B.     Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Identitas
1)      Nama
2)      jenis kelamin
3)      umur
4)      bangsa
b.      Keluhan utama
Fugsi pendengaran klien menurun, mual dan muntah, pusing yang berlebih.
c.       Riwayat peyakit dahulu
Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
d.      Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien. Halini sangat di butuhkan karena pada Neuroma Akustik yang beretiologi padaherediter atau keturunan.
e.       Pengkajian fisik dan Pola-pola fungsi kesehatan
1)      Inspeksi : pada telinga terlihat adanya benjolan/pertumbuhan abnormal.
2)      Palpasi : terasa nyeri ketika di palpasi area telinga bagian tengah .
3)      Pola tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat mengenai gaya hidup klien yang tidak sehat.
4)      Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan untuk makan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
5)      Pola eliminasi
Klien dengan Neuroma Akustik pola defekasinya lancar, peristaltic usus normal, tidak terjadi inkontinensia urine.
6)      Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena vertigo yang di alami klien. kelemahan.
7)      Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada pola tidur dan istirahat klien.
8)      Pola hubungan dan peran
9)      Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan pendengaran.
10)  Pola persepsi dan konsep diri
Pola pendengaran klien berkurang serta daya pemahaman terhadap   sesuatu tidak efektif. Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
11)  Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien tidak mengalami gangguan penglihatan/ kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan pada muka dan ekstremitas normal.
12)  Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual
13)  Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
14)  Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan, vertigo. (Marilynn E. Doenges, 2000).

2.      Diagnosa keperawatan
1)      Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial.
2)      Gangguan persepsi sensori (auditori) berhubungan dengan fungsi pendengaran menurun.
3)      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake cairan inedekuat
4)      Resiko cidera berhubungan dengan vertigo
5)      Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.

3.      Intervensi
a.       Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial.
Tujuan: nyeri berkurang atau nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Melaporkan nyeri berkurang / terkontrol.
2)      Menunjukkan / menggunakan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi:
1)      Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya ( misal : berat, berdenyut, konstan ), lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
2)      Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu muncul.
3)      Ajarkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang.
4)      Berikan kompres dingin pada kepala.
5)      Berikan obat sesuai dengan indikasi ( analgesic seperti asetaminofen, ponstan, dan sebagainya ).
b.      Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan fungsi pendengaran menurun.
Tujuan: meningkatkan kepekaan fungsi pendengaran klien.
Kriteria hasil:
1)      menunjukkan fungsi pendengaran yang lebih baik
2)      komunikasi dapat terjalin
Intervensi:
1)      Hilangakn suara bising/stimulus yang berlebihan sesuai kebutuhanØ
Rasional: menurunkan respon emosi yang berlebihan/bingung yang sesuai dengan sensorik.
2)      Catat adanya perubahan yang spesifik,gunakan instruksi verbal yang sederhana dengan jawaban “ya” atau “tidak”.
Rasional: membantu melokalisasi daerah otak yang mengalami gangguan dan mengidentifikasi peningkatan fungsi neurologis.
3)      Berikan petunjuk (isyarat) pada orientasi realita.Ø
Rasional: meningkatkan koping terhadap frustasi karena salah persepsi.
4)      Beriakan lingkungan yang tenang dan tidak kacau jika di perlukan gunakan musik.
Rasional: membantu menghindari masukan sensori pendengaran.
5)      Kolaborasikan pada ahli fisioterapi,terapi pendengaran.
Rasional: berfokus dalam peningkatan evaluasi fungsi pendengaran.

c.       Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake cairan inede kuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
1)      menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan.
2)      tidak mengalami mual dan muntah.
3)      Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

Intervensi:
1)      Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
2)      Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3)      Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4)      Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan.
5)      Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan (hipoksia) pada organ.
6)      Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut.Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral.
Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7)      Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
8)      Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

d.      Resiko tinggi cedera berhubungan dengan vertigo
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil :
1)      Bebas dari cedera
2)      Klien dan keluarga menyetujui aktivitas atau modifikasi aktivitas yang tepat.
Intervensi:
1)      Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutik
Rasional: program terapeutik dapat menjalin kerja sama antara perawat dan klien
2)      Dampingi klien selama aktivitas yang diijinkan
Rasional: pendampingan terhadap klien dapat mencegah jatuh, dan cedera
3)      Jaga agar penghalang tempat tidur tetap terpasang
Rasional: mengurangi resiko jatuh
4)      Bantu ambulasi dan aktivitas hidup sehari-hari dengan tepat.
Rasional: memudahkan klien untuk beraktifitas.

e.       Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Tujuan :  Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3 x 24 jam maka    ansietas akan berkurang.
Kriteria Hasil :
1)      Tampak rileks.
2)      Melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
Intervasi :
1)      Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien
2)      Berikan penjelasan tentang hubungan antara penyakit dan gejalanya.
3)      Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognose penyakit.
4)      Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur pembedahan  sebelum dilakukan.
5)      Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Secara umum Neuroma akustik adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan biasanya lambat tumbuh yang berkembang pada saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari pons,sepanjang perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau di dalam liang telinga dalam menuju dari telinga batin Anda ke otak Anda. Karena cabang-cabang saraf ini langsung mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran, tekanan dari neuroma akustik dapat menyebabkan gangguan pendengaran, dering di telinga Anda dan kegoyangan.
2.      Penyebab
a.       Idiopatik
b.      Neurofibromatosis (NF2)
3.      Patofisiologi
a.       Sebagian besar neuroma akustik berkembang dari sel schwan yang berada pada nervus vestibularis hanya 5% yang timbul dari sel schwan yang berasal dari nervus cochlearis.
b.      Dan jika tumor terus tumbuh melebihi diameter 4 cm, maka tumor akan menekan otak kecil dan secara tidak langsung akan menyebabkan terjadinya hidrocepalus obstruktif.
4.      Komplikasi
a.       Gangguan pendengaran.
b.      Wajah mati rasa dan kelemahan.
c.       Kesulitan dengan kiprah dan kaku.

B.     Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada pembaca khususnya mahasiswa dapat memahami tentang Neuroma akustik serta Asuhan Keperawatannya dan dapat mencarai referensi lain untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai Neuroma Akustik.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddrath. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. Jakarta: EGC
Doenges, Marillyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar